Hai Sob, sudah lama nggak jumpa kalian. Sekarang saya mau kasih kalian cerpen karya saya sendiri. Yaa sorry kalo jelek. Ok langsung aja yaah. I hope this is usefull for you guys :)
Doa dan Kasih Tulus Ibu
Oleh:
Eka Musthiana Rizki
Malam
beratapkan awan, Lia duduk termenung di pojokan rumahnya. Dia ingin menangis
tetapi air matanya seakan sudah kering dan habis karena beberapa hari ini dia
selalu menangis, merenungi ayahnya yang telah menghadap Sang Khaliq. Semenjak
ayahnya meninggal, dia sangat membenci ibunya karena dia pikir ibunyalah yang
mengakibatkan ayahnya mennggal, karena ibunya tidak merawat ayahnya yang sedang
sakit dengan baik dan akhirnya meninggal. Sejak saat itu pula, Lia berubah
menjadi anak pembangkang, dan juga dia tidak mau menjual kue-kue yang dibuat
ibunya lagi seperti dulu ketika ia masih duduk di bangku smp dan sebelum
ayahnya meninggal.
Tahun
ajaran baru di mulai, Lia berhasil masuk SMA favorit yang juga diidam-idamkannya
sejak dulu. Pagi hari sebelum bel masuk berdentang, Lia duduk di bangkunya dan
melihat di sekelilingya. Teman-temannya anak dari keluarga yang berada kecuali
dirinya. Ada salah satu murid yang mengampirinya dan bertanya kepadanya.
“Hai, saya Sofia kamu siapa ?”
“Lia”
jawab Lia dengan singkat.
“Salam
kenal Lia, oh iya pekerjaan orang tuamu apa ?” tanya Rani. Mulutnya seakan
terkunci begitu saja dan tidak bisa berkata apa-apa. Beberapa menit kemudian
bel masuk berbunyi semua muridpun bersiap-siap untuk menerima pelajaran.
Di
saat pelajaran sedang berlangsung, Lia tidak fokus dengan pelajarannya, dia
masih mengingat percakapan tadi. Dia berfikir jika suatu saat nanti
teman-temannya mengetahui bahwa dia anak miskin, dan ibunya hanya sebagai penjual
kue keliling, betapa rendah dirinya dihadapan teman-temannya.
Sore
hari ketika Lia sedang duduk di teras lalu ibunya menghampirinya. “Nak,
bagaimana dengan sekolah barumu?” tanya ibunya,
“Baik
Bu” jawab Lia dengan singkat.
“Nak
kamu maukan jualan kue lagi di sekolah seperti dulu ? karena Ibu rasa uang
hasil jualan Ibu kurang cukup, Nak.” tanya ibu.
“Tidak
mau Bu, sayakan sudah bilang saya tidak mau !!” jawab Lia dengan marah. Lalu
menuju ke kamarnya dengan menutup pintunya dengan keras sehingga mengagetkan
ibunya. Ibunya sangat terpukul dengan sikap Lia kepadanya. Hatinya terluka
karena Lia sangat berubah semenjak ayahnya meninggal. Dia tidak lagi menuruti
perintah ibunya.
Setahun
kemudian setelah kejadian itu, Lia tidak berubah melainkan dia menjadi lebih
membangkang, meski sudah beribu nasihat ia sampaikan ke Lia, beribu doa ia
pinta kepada Sang Khaliq. Hal ini membuat ibunya merasa sangat sedih, sehingga
mengakibatkan penyakitnya kambuh. Suatu hari ibu Lia merasa kesakitan karena
penyakitnya.
“Lia..Lia..” panggil ibu.
Lia menghampiri
ibunya tanpa berkata sepatah katapun.
“Nak,
tolong belikan Ibu obat di apotek ya? Uangnya ada di lemari.” ucap ibu.
Lia
tidak menjawab lagi tetapi ia langsung melakukan apa yang diinginkan ibunya. Di
lemari Lia menemukan seuntai kertas yang terselip di tumpukan baju ayahnya
dulu. Dia langsung memasukkannya ke saku kecilnya.
Di tengah
perjalanan setelah dari apotek, Lia membaca surat tersebut. Ternyata itu surat
dari ayahnya sebelum meninggal untuk dirinya. Isi surat tersebut yaitu agar Lia
menjaga ibunya, menjadi anak yang penurut, selalu membantu ibunya, apapun yang
telah terjadi pada ayahnya bukan karena ibunya tetapi itu sudah menjadi takdir
dari Yang Maha Kuasa. Air matanya mulai berjatuhan ke pipi dan semakin
lama alirannya semakin deras. Lia yang selama ini memikirkan ibunya yang
bersalah atas meninggalnya ayahnya tetapi dia salah, ibunya menyimpan surat ini
agar tidak diketahui olehnya agar ia tetap tegar. Langit pun ikut bersedih,
tidak beberapa lama kemudian hujan turun.
Di
rumah ibunya sangat mengkhawatirkannya yang tak kunjung pulang. Ibunya teringat
bahwa dia menyimpan surat dari ayah Lia, dan berpikir bahwa Lia tak kunjung
pulang karena dia sedih telah membaca surat tersebut, ibunya pun segera
menyusul Lia ke apotek terdekat. Di tengah perjalanan ibunya melihatnya di halte
sedang menangis, kemudian ibunya menghampirinya. Ketika ibunya sampai di halte,
Lia langsung memeluk ibunya.
“Maafkan
saya Bu, sudah menyakitimu, kenapa Ibu ke sini? Ibu kan sedang sakit?” tanya
Lia.
“Bagaimana
Ibu bisa tenang ketika anaknya entah dimana Ia berada. Nak Ibu sudah pasti
memaafkanmu.” jawab ibu.
“Saya
mau jual kue kaya dulu lagi ya Bu?” tanya Lia.
“Benar,
Nak? Pasti Ibu buatkan.” jawab ibu.
Di
sekolah, Lia menawarkan kue-kuenya ke temannya tanpa rasa malu lagi.
Teman-temannya pun membelinya.
“Wah,
kuenya enak sekali. Siapa yang membuatnya Lia?” tanya salah satu temannya.
“Kenapa
kamu baru jual sekarang? Ini enak bingo.”
sahut teman lainnya.
“Terima
kasih, ini yang buat ibu saya.” jawab Lia.
“Yang
buat ibu kamu?” tanya salah satu temannya lagi.
Beberapa
hari kemudian setelah Lia mulai berjualan, sekarang dia sangat terkenal di
sekolahnya karena kue-kuenya. Banyak juga guru, orang tua murid memesan kuenya.
Uang dari hasil jualannya digunakan untuk membuka kedai kecil di dekat
kompleknya untuk menjual kue-kue, jadi ibunya tidak berkeliling lagi untuk
menjual kue-kuenya.
Dua
tahun berlalu, Lia dan ibunya sekarang menjadi orang yang sukses dalam bisnis
kuenya. Sekarang mereka telah mempunyai beberapa cabang di wilayah Indonesia.
Lia dan ibunya sangat bersyukur dengan apa yang telah mereka punya saat ini.
Bagaimana ceritanya ? jangan lupa komentar ya Sob. Tunggu postingan-postingan yang bermanfaat lainnya. Ok.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
wah, It's awesome i think mba Eka, sampe buat aku baper
BalasHapus